Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ads

Klasifikasi dan Jenis Pelumas

jenis pelumas
jenis pelumas

Pelumas merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi suatu mesin atau mekanisme tertentu yang berfungsi untuk melumasi bagian atau permukaan komponen yang saling bergesekan khususnya komponen dengan siklus kerja tinggi dan dinamis. Pelumas memastikan permukaan komponen yang dilumasi memiliki lapisan/film yang melindungi dari gesekan yang terjadi secara langsung sehingga dapat mengurangi dan menghindari gesekan, panas dan kerusakan fatal pada mesin.

Terdapat beberapa jenis pelumas yang digunakan pada jenis atau karakteristik mesin tertentu. Beberapa jenis mesin membutuhkan pelumas yang sesuai dengan spesifikasi dan menyesuaikan dengan kinerja atau mekanisme mesin tertentu. Berikut ini merupakan klasifikasi pelumas.

Secara luas pelumas diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu : 
1. Klasifikasi pelumas secara umum.
2. Klasifikasi pelumas berdasarkan aplikasi.
3. Klasifikasi pelumas berdasarkan zat aditif.


Klasifikasi Pelumas Secara Umum


A. Pelumas mineral


1. Pelumas fluida (Minyak)

Pelumas cair mineral terbuat dari bahan dasar minyak mineral. Minyak mineral (minyak petroleum) adalah produk dari penyulingan minyak mentah. Terdapat tiga jenis minyak mineral yaitu parafin, naphtenic, dan aromatik.

a). Minyak parafin

Minyak Parafin diproduksi melalui proses hydrocracking atau ekstraksi pelarut. Sebagian besar molekul hidrokarbon pada minyak parafin memiliki struktur rantai panjang tanpa cincin. Minyak parafin relatif kental dan tahan terhadap oksidasi dengan titik nyala (flash point) dan titik tuang (pour point) yang tinggi. Minyak parafin digunakan pada pelumas mesin, pelumas industri, dan sebagai minyak pemrosesan di industri karet, tekstil, dan kertas.

b). Minyak naphtenic 

Minyak naphtenic dihasilkan dari sulingan minyak mentah. Sebagian besar molekul hidrokarbon minyak naphtenic memiliki struktur cincin jenuh. Minyak naphtenic memiliki titik nyala rendah, viskositas rendah, resistansi rendah terhadap oksidasi dan titik tuang yang rendah. Minyak naphtenic digunakan pada aplikasi suhu sedang, terutama pada pembuatan minyak transformator dan cairan untuk pengerjaan logam.

c). Minyak aromatik

Minyak aromatik adalah produk dari proses pemurnian dalam pembuatan minyak parafin.
Sebagian besar molekul hidrokarbon minyak aromatik memiliki struktur cincin tidak jenuh.
Minyak aromatik berwarna gelap dan memiliki titik nyala yang tinggi. Minyak aromatik digunakan pada pembuatan senyawa segel, perekat dan sebagai plasiticezers dalam produksi karet dan aspal.


2. Pelumas semi-cair (gemuk/grease)

Pelumas semi-cair (gemuk) dihasilkan dari minyak pengemulsi (lemak) dengan metallic soap dan air pada suhu 204 sampai 316 ° C. Pelumas dasar minyak mineral khas adalah vaseline. Sifat gemuk (grease) ditentukan berdasarkan jenis minyak (mineral, sintetis, tumbuhan, lemak hewan), jenis sabun (litium, natrium, kalsium, dll. Garam asam lemak rantai panjang) dan aditif (tekanan ekstra, perlindungan korosi, anti -oksidasi, dll.).

Pelumas semi-cair (gemuk) digunakan dalam berbagai aplikasi di mana pelumas fluida tidak dapat digunakan dan diperlukan lapisan film pelumas yang tebal.  Pelumas semi cair digunakan pda pelumasan bantalan rol pada roda kereta api, bantalan rolling mill, turbin uap, spindle, bantalan mesin jet, dan beberapa jenis bantalan mesin.


3. Pelumas padat

Pelumas padat memiliki struktur pipih yang mencegah kontak langsung antara permukaan geser bahkan pada beban tinggi. Partikel grafit dan molibdenum disulfida adalah pelumas biasa. Boron nitrida, tungsten disulfida, dan politetrafluoretilen (PTFE) adalah pelumas padat lainnya. Pelumas padat terutama digunakan sebagai aditif untuk pelumas dan grease. Pelumas padat juga digunakan dalam bentuk bubuk kering atau sebagai unsur penyalut.



B. Pelumas sintetis


1. Polyalphaolefins (PAO)

Polyalphaoleins adalah pelumas sintetis yang paling populer. Struktur dan sifat kimia PAO identik dengan jenis pelumas mineral. Polyalphaoleins (hidrokarbon sintetis) dihasilkan oleh polimerisasi molekul hidrokarbon (alphaoleins). Proses terjadi dalam reaksi gas etilen dengan adanya katalis logam.

2. Poliglikol (PAG)

Poliglikol dihasilkan oleh oksidasi etilen dan propilen. Oksida kemudian dipolimerisasi menghasilkan pembentukan poliglikol. Poliglikol akan larut dalam air. Poliglikol ditandai dengan koefisien gesekan yang sangat rendah, selain itu mampu menahan tekanan tinggi tanpa aditif EP (tekanan ekstrem).

3. Minyak aster (Ester Oil)

Minyak aster diproduksi oleh reaksi asam dan alkohol dengan air.
Minyak aster tahan terhadap suhu tinggi dan suhu rendah dengan sangat baik.

4. Silikon

Silikon adalah sekelompok polimer anorganik, molekul yang mewakili struktur tulang belakang yang dibangun dari unit kimia berulang (monomer) yang mengandung gugus Si = O. Silikon yang paling populer adalah polydimethylsiloxane (PDMS), monomernya adalah (CH3) 2SiO. PDMS diproduksi dari silikon dan metilklorida. Contoh-contoh silikon yang lain adalah polimetilfenilsiloksan dan polidifenilsiloksan. Viskositas silikon bergantung pada panjang molekul polimer dan derajat ikatan silangnya. Molekul pendek tanpa ikatan membuat silikon cair. Molekul cross-linked yang panjang menghasilkan silikon elastomer.
Pelumas silikon (minyak dan gemuk). Pelumas sintetis silikon dapat bekerja pada kisaran suhu yang luas, berkisar antara -73ºC hingga 300ºC).

C. Pelumas Nabati (tumbuhan)

Pelumas tumbuhan dihasikan pada minyak kedelai, jagung, kastor, canola, biji kapas dan minyak biji. Pelumas nabati adalah pelumas ramah lingkungan alternatif pengganti minyak mineral karena dapat terurai dengan mudah secara hayati. Sifat pelumasan minyak dasar nabati identik dengan minyak mineral. Kekurangan dari pelumas nabati adalah oksidasi dan stabilitas suhu yang rendah.

D. Pelumas hewani

Pelumas hewani dihasilkan dari lemak hewan. Terdapat dua jenis lemak hewani utama: yaitu, lemak keras (stearin) dan lemak lunak (lemak babi). Lemak hewani terutama digunakan untuk memproduksi minyak.


Klasifikasi pelumas berdasarkan aplikasi

Berikut ini merupakan jenis pelumas berdasarkan aplikasi dan kegunaannya :

  1. Pelumas mesin
  2. Pelumas roda gigi
  3. Minyak perlindungan karat
  4. Minyak hidrolik
  5. Cutting fluid
  6. Way lubricant
  7. Minyak kompresor
  8. Pelumas tali kawat
  9. Minyak pendinginan dan perpindahan panas
  10. Minyak turbin
  11. Minyak transformator (minyak isolasi)
  12. Pelumas rantai



Klasifikasi pelumas berdasarkan aditif

Berikut ini merupakan jenis pelumas berdasarkan aditifnya :

Extreme pressure (EP)
  1. Anti-wear (AW)
  2. Deterjen
  3. Friction modifiers
  4. Pour point depressant
  5. Inhibitor korosi
  6. Anti-oksidan
  7. Dispersan
  8. Anti foaming agents
  9. Compounded


Post a Comment for "Klasifikasi dan Jenis Pelumas"